Cinta Nabi Bisa Bikin Masuk Surga? Ini Penjelasan Habib Hasan Al-Muhdhor
“Cinta kepada Nabi bukanlah cinta tak berbalas. Beliau adalah yang paling mencintai manusia. Paling mencintai umatnya. Bahkan, sebelum kita cinta kepada Nabi, Nabi sudah cinta kepada kita duluan.”
![](https://persyadha.org/wp-content/uploads/2024/09/WhatsApp-Image-2024-09-19-at-14.16.09-1024x768.jpeg)
Rasa cinta adalah sesuatu yang tidak bisa dilihat. Ia dirasakan di dalam hati. Gejolaknya dapat membuat seseorang menjadi lupa pada selain yang dicintai. Dengan cinta pula, seseorang dapat melakukan segala hal demi mendapatkan cintanya. Namun jika tak ada cinta, segala usaha keras akan terasa hampa. Ya, cinta tidak kasat mata, namun keberadaanya menentukan laku hidup pemiliknya.
Hal yang sama juga berlaku bagi cinta kepada Nabi Muhammad shollallohu alaihi wasallam. Habib Hasan bin Ismail Al-Muhdhor menjelaskan pentingnya cinta Nabi dalam melakukan segala hal termasuk ibadah. Hal itu disampaikan dalam ceramah di acara Dzikro Maulidirrosul ke-34 Ma’had Nurul Haromain Pujon, Malang pada Ahad (15/9/2024). Tanpa cinta kepada Nabi, katanya, ibadah dan ilmu akan kehilangan berkah.
Lihat Artikel: Selenggarakan Dzikro Maulidirrosul, Ma’had Nurul Haromain Ajak Masyarakat Mencintai Nabi
Baca Sholawat bukti Cinta Nabi
![](https://persyadha.org/wp-content/uploads/2024/09/WhatsApp-Image-2024-09-19-at-14.16.10-1024x768.jpeg)
Salah satu bukti cinta kepada Nabi yakni dengan memperbanyak membaca sholawat. Habib Hasan menganjurkan minimal seribu kali kita membaca sholawat dalam sehari. Apa lagi salah satu keutamaan membaca sholawat yakni akan dilaporkannya nama pembaca beserta orang tuanya kepada Nabi oleh malaikat. “Jika kita bangga nama kita disebut di depan presiden, gubernur, dan pejabat, bagaimana jika nama kita di sebut di depan Nabi?” terang Habib Hasan kepada jamaah yang hadir.
Cinta kepada Nabi bukanlah cinta tak berbalas. Beliau adalah yang paling mencintai manusia. Paling mencintai umatnya. Bahkan, sebelum kita cinta kepada Nabi, Nabi sudah cinta kepada kita duluan.
Cinta pada Nabi juga akan memasukkan orang yang mencintainya ke dalam surga. Al-mar’u ma’a man ahabb yaumu al-qiyamah. Seseorang akan dikumpulkan dengan yang dicintainya di hari kiamat. Hadits tersebut sering sekali disampaikan para dai.
Lihat Video: LIVE Dzikro Maulidirrosul ke-34
Dikumpulkan bersama yang Dicinta
![](https://persyadha.org/wp-content/uploads/2024/09/WhatsApp-Image-2024-09-19-at-14.16.09-1-1024x768.jpeg)
Dikisahkan bahwa Nabi pada saat itu sedang khutbah tentang hari kiamat di depan para sahabat. Seorang badui lalu bertanya kapan waktu terjadinya hari kiamat. Alih-alih menjawabnya, Rosulullon balik bertanya kesiapan seperti apa yang sudah dilakukan orang tersebut untuk menghadapi hari kiamat. Orang badui itu pun menjawab jika dirinya tidak melaksanakan banyak ibadah, akan tetapi ia cinta pada Alloh dan Rosulnya. Maka terucaplah hadits “al-mar’u ma’a man ahabb yaumu al-qiyamah”.
Rosululloh nantinya pasti masuk ke surga. Maka dari itu, berdasarkan hadits tersebut, orang yang mencintai beliau juga akan membersamai beliau di surga. Inilah yang menjadi dasar bahwa cinta kepada Nabi dapat memasukkan seseorang ke dalam surga.
Cinta tapi belum bisa meneladani
![](https://persyadha.org/wp-content/uploads/2024/09/WhatsApp-Image-2024-09-19-at-14.16.11-2-1024x768.jpeg)
Cinta kepada Nabi berbeda dengan mengikuti Nabi. Seseorang mungkin saja belum bisa mengikuti ajaran Nabi. Ia masih berbuat dosa dan zalim. Walakin, di dalam hatinya terdapat cinta kepada Nabi. Seseorang juga bisa melakukan banyak ibadah sebagaimana diajarkan Nabi, akan tetapi tidak ada sedikitpun rasa cinta pada beliau. Hal itu akan membuat ibadahnya tidak memiliki keberkahan, begitu pula segala hal yang dimilikinya, termasuk ilmu.
Dikisahkan sahabat Nabi yang bernama Nuaiman saat ia telah beriman kepada Nabi, ia belum bisa meninggalkan kebiasaannya meminum khomr. Tahu jika ada hukuman bagi orang yang mengonsumsi khomr, ia pun selalu jujur melaporkan dirinya apabila ia sehabis meminumnya. Nuaiman meminta agar dihukum, maka dijalankanlah hukuman baginya. Berulang kali ia melakukan hal tersebut hingga Umar bin Khottob sempat berfikiran bahwa Nuaiman telah mempermainkan Nabi. Saat Umar menghunus pedangnya untuk mengancam Nuaiman, Nabi mencegahnya dan mengatakan bahwa Nuaiman mencintai Alloh dan Rosulnya.
Kisah ini menjadi bukti bahwa cinta tetap memiliki nilai meski pemiliknya belum dapat mengikuti ajaran yagn dicintainya dengan baik. Bahkan melanggar perintah yagn dicintainya. Oleh karena itu, hendaknya tauladan yang dicontohkan Nabi dengan menghargai cinta Nuaiman perlu untuk ditiru. Di kisah lain, Nabi pun selalu tersenyum kepada para sahabatnya bahkankepada orang-orang munafik. Hal itu menandakan sisi lembut yang selalu dikedepankan oleh Rosululloh. Meski begitu, beliau tidak kehilangan haibah atau wibawanya.
Kontributor: TI Haryadi