Selenggarakan Dzikro Maulidirrosul, Ma’had Nurul Haromain Ajak Masyarakat Mencintai Nabi
“Beliau mengungkapkan jika cinta Nabi dan mengikuti Nabi adalah dua hal yang berbeda. Orang yang melanggar aturan Nabi belum tentu tidak cinta Nabi.”
MALANG, PERSYADHA – Dalam rangka memperingati kelahiran Nabi Muhammad shollallohu alaihi wasallam, Ma’had Nurul Haromain Pujon menyelenggarakan Dzikro Maulidirrosul yang ke-34. Acara yang diselenggarakan pada hari Ahad (15/9/2024) tersebut dihadiri ratusan jamaah Persyarikatan Dakwah Al Haromain dan masyarakat sekitar Ma’had. Dzikro Maulidirrosul di Pujon memang selalu menjadi momen yang ditunggu-tunggu karena memiliki durasi yang cukup panjang. Dimulai sejak pagi, acara baru selesai pada waktu asar. Durasi panjang tersebut salah satunya karena durasi pembacaan sholawat yang juga cukup lama sehingga jamaah larut dalam lantunan merdu para munsyid.
Lihat Video: LIVE Dzikro Maulidirrosul ke-34
Perekat Jamaah
Selain memperingati kelahiran Nabi, Dzikro Maulidirrosul juga dimaksudkan menjadi perekat antar jamaah. Hal itu diungkapkan Abdulloh Zaini dalam sambutannya selaku ketua panitia acara. “Acara ini juga menjadi ajang silaturrohim jamaah”. Sedangkan Naqib Markazi Yayasan Persyada Al Haromain Dr. Soehardjoepri mengingatkan para jamaah agar Dzikro Maulidirrosul tidak hanya menjadi sekadar peringatan, namun harus berdampak. Dampak yang dimaksud yakni diamalkannya tauladan Nabi di dalam berkehidupan.
Acara diselingi dengan seremonial penugasan dai oleh Abina. Penugasan dai merupakan ciri khas Pesantren Nurul Haromain yang menjuluki diri sebagai Ma’had Pengembangan dan Dakwah. Oleh karena itu, untuk memperluas medan dakwah, dikirimlah para santri untuk berdakwah di berbagai wilayah. Kali ini terdapat sembilan dai yang akan ditugaskan. Mereka dikirim ke beberapa kota seperti Demak, Mojokerto, Sidoarjo, Malang, dan Banyuwangi.
Pada peringatan yang ke-34 ini, Ma’had mengundang Habib Hasan bin Ismail Al-Muhdhor sebagai penceramah. Alumni Darul Musthafa Tarim ini sempat menceritakan kekagumannya pada Ghurfah Masyaalloh Abuya yang dibangun di Ma’had Nurul Haromain. “Kamar mandinya mewah, kasurnya empuk. Kok panitia tidak menginapkan saya di sini tadi malam?”, kelakar beliau mengawali ceramah.
Kenapa harus Cinta Nabi?
Pentingnya cinta kepada Nabi menjadi topik utama di dalam ceramah Habib Hasan. Beliau mengungkapkan jika cinta Nabi dan mengikuti Nabi adalah dua hal yang berbeda. Orang yang melanggar aturan Nabi belum tentu tidak cinta Nabi. Kisah Nuaiman menjadi bukti tersebut. Ketika Nuaiman minum khomr, maka esoknya ia melaporkan dirinya kepada Nabi dan meminta agar dihukum. Cinta Nuaiman pun diakui Nabi sendiri melalui haditsnya ketika memperingatkan Umar bin Khottob yang tidak setuju dengan perilaku Nuaiman yang terus mengulangi perbuatannya.
Sementara itu, orang yang mengikuti Nabi belum tentu cinta kepada Nabi. Ketiadaan cinta akan mengilangkan keberkahan ibadah. Begitu pula ilmu yang dimiliki, tidak akan berkah jika tidak disertai cinta kepada Nabi.
Ceramah tersebut selesai tepat di waktu dzuhur, jamaah pun dihimbau untuk melaksanakan sholat. Setelahnya, acara dilanjutkan dengan pembacaan sholawat yang dipimpin K.H. M. Hasan Djauhary, salah satu murid Sayyid Abbas bin Alawi Al-Maliki. Suara merdu dengan cengkok yang khas menuntun jamaah melantunkan syair-syair sholawat.
Acara penuh berkah
Acara Dzikro Maulidirrosul ini ternyata juga menjadi berkah bagi para pelaku ekonomi. Sejak jalan masuk Ma’had, berjejer pedagang makanan dan minuman serta pernak-pernik mainan anak. Tidak ketinggalan, Lazis Al-Haromain juga membuka stand aygn menyediakan kopi gratis bagi jamaah yang hadir. Kehadiran mereka pun semakin memeriahkan acara.
Kontributor: TI Haryadi