Kultum#17 Karakter Orang-Orang Bertakwa (II); Pemaaf
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِينَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ أَمَّا بَعْدُ
Jamaah yang dimuliakan Allah 类,
Dalam penggalan surat Ali Imran: 134, Allah berkalam,
وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“..dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Alah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”
Ayat yang baru kta dengar tadi, terdapat dalam Al-Qur’an juz ke 4, tepatnya pada surat Ali Imran, ayat 134. Ayat ini menerangkan salah satu karakter orang-orang bertakwa,yang salah satunya adalah mampu menahan amarahnya dan memaafkan orang lain.
Menahan kemarahan ketika kita disakiti orang, baik secara fisik maupun non fisik, dengan cara tidak membalas. Kondisi ini dapat saja terjadi karena kita tidak mampu membalasnya dan tentu masih menyisakan rasa sakit dalam diri kita.
Baca juga:Kultum#16 Karakter Orang-Orang Bertakwa (I); Suka Berinfak
Maka tahapan selanjucnya Allah memberitahukan dengan memberi maaf kepada orang yang menyakiti kita, padahal kita mampu untuk membalasnya. Orang yang paling tinggi adalah orang yang mampu berbuat baik kepada orang lain, dengan cara tidak menyakiti orang lain baik dengan perkataan ataupun perbuatan,menyebar kebaikan dan kedamaian, memberi maaf sebelum orang meminta maaf, dan berbuat baik kepada orang yang pernah berbuat jahat kepadanya. Sungguh tingkatan seperti itu tidak mudah diraih oleh setiap orang. Maka Allah golongkan mereka itu sebagai orang yang Dia cintai. Dalam ayat lain, Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya ketika menghadapi para penentang dakwah dengan mengatakan, “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari pada orang-orangyang bodoh.” (QS.al-A’râf: 199).
Kaum muslimin wal muslimat rahimakumullah,
Sifat pmarah tentu tidak baik dan membawa pengaruh terhadap kejiwaan seseorang dalam mengambil sebuah keputusan. Rasulullah类bersabda, “Seorang (hakim) tidak boleh memutuskan perkara antara dua orang, ketika ia sedang marah.”(HR. Muslim). Oleh karena itu, ketika seseorang datang kepada Rasulullah dan meminta untuk dinasihaci,Rasulullah menyabdakan, “Jangan marah.” Maka diulanginya permintaan nasihat itu beberapa kali, dan Rasulullah tetap bersabda,”Jangan marah.”(HR. Bukhari). Ketika kita terlanjur marah, Rasulullah mengajari kita untuk berpindah posisi dan mengambil air wudhu.(HR.Abu Daud).
Baca juga:Kultum#13 Al-Quran Sebagai Penyembuh
Orang yang suka tersinggung atau marah hanya karena masalah kecil adalah cermin dari kepribadian yang rapuh. Rapuh karena ia tidak mampu mengendalikan dirinya sehingga mudah marah dan melakukan sesuatu di luar kendali. Rasulullah menegaskan bahwa orang kuat itu bukan orang yang selalu menang bergulat, tetapi orang yang kuat ialah orang yang dapat menguasai dirinya ketika marah (HR. Muslim). Oleh karena itu,ketika kita menemukan orang semacam itu, sikap kita adalah tetap berbuat baik (ihsan) kapadanya. Kita tetap diperintahkan menyambung hubungan silaturahmi dan menolongnya. Kita tetap menyapa, tersenyum dan mengucapkan salam, bahkan mendoakan kebaikan untuknya. Karena yang demikian itu adalah akhlak Rasulullah
Jamaah yang berbahagia,
Perludiketahui,bahwa perintah uncuk menahan marah dan memberi maaf dalam ayat tadi, menurut Sayyid ath-Thanthawi dalam tafsirnya adalah ketika hal itu tidak berhubungan dengan kehormatan dan kesucian agama. Apabila dalam urusan agama,maka sikap umat Islam harus tegas dan marah terhadap pihak-pihak yang berusaha merusak kesucian agama. Karena apabila kesucian agama dihina dan kita diam, berarti kita termasuk orang yang menghina agama yang kita yakini kebenarannya. Kalau itu dilakukan dengan sengaja dan sadar, maka sikap itu telah mengeluarkan dirinya dari ikatan agama (Tafsir al-Wâsith: 130).Sayyidah Aisyah juga menjelaskan karakter Rasulullah 紫yang tidak pernah marah terhadap sesuatu yang berhubungan dengan urusan pribadi, namun beliau sangat marah – karena Allah- apabila larangan Allah atau kehormatan dan kesucian agama dihina atau dilecehkan (HR. Bukhari).
Demikianlah salah sacu ciri dan karakter orang yang bertakwa,yakni mampu menahan amarah. Sebuah perilaku yang kita dilatih untuk mendapatkannya melalui ibadah Ramadhan ini. Semoga kita mampu menjadi seorang pemaaf dan dijauhkan dari sifat pemarah. Amin.[]