Cinta pada Nabi Perlu Pembuktian, Begini Penjelasan Habib Ahmad Assegaf

A VPN is an essential component of IT security, whether you’re just starting a business or are already up and running. Most business interactions and transactions happen online and VPN

Cinta pada Nabi Perlu Pembuktian, Begini Penjelasan Habib Ahmad Assegaf

“Cinta itu butuh bukti. Imam Ghozali berkata, haqiqatu al-mahabbah bi al-mutaba’ah. Hakikat cinta itu dengan mengikuti.”

Tangkapan layar saat taushiyah oleh Habib Ahmad bin Muhammad bin Abu Bakar Assegaf di acara Dzikro Maulidirrosul di Gresik pada hari Ahad (8/9/2024). (Youtube: eNHa TV)

Sebagai umat Islam, kita tentu cinta pada Sang Pembawa Risalah. Beliau Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam. Kita pun sering mendengar orang-orang yang mengaku cinta pada Nabi. Namun, cukupkah cinta itu diungkapkan lewat pengakuan saja

Habib Ahmad bin Muhammad bin Abu Bakar Assegaf melalui taushiyahnya menjelaskan bagaimana seharusnya cinta kepada Nabi itu. Taushiyah tersebut disampaikan pada momen Dzikro Maulidirrosul yang diselenggarakan oleh Persyarikatan Dakwah Al Haromain bertempat di Gresik pada Ahad (8/9/2024). Di hadapan ratusan jamaah yang hadir, beliau menjelaskan dua hal penting terkait dengan cinta pada Nabi Muhammad.

Lihat Video: Peringatan Maulid Nabi Muhammad ﷺ Yayasan Persyada Al Haromain

Ketahuilah Keistimewaan Nabi

Abina K.H. M. Ihya Ulumiddin (tengah) memimpin pembacaan Dzikir Jama’i di acara Dzikro Maulidirrosul di Gresik pada hari Ahad (8/9/2024).

Pesan pertama yakni perlunya mengetahui keistimewaan dan keagungan Nabi Muhammad agar semakin bertambah cinta kita kepada beliau. “Nabi Muhammad adalah manusia yang sempurna dzohir dan batin” kata Habib Ahmad mengawali taushiyahnya. Nabi Muhammad sempurna secara fisik maupun akhlaknya. “Orang yang sudah mengenal keistimewaan dan keagungan Rosululloh, pasti setelah Alloh adalah Rosululloh di hatinya” tambah beliau.

Habib Ahmad mengisahkan, bagaimana irinya Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, sang penggubah Maulid Al-Habsyi. “Dahulu, jika Habib Ali menggambarkan Rosululloh dan suasana zaman yang di dalamnya ada Rosululloh, beliau iri pada tembok yang disandari Rosululloh. Beliau juga iri pada pohon yang buahnya dimakan oleh Rosululloh.” Hal tersebut karena begitu agungnya Rosululloh sehingga apa yang terkait dengan beliau juga ikut terangkat derajatnya.

Jika seseorang telah memahami keistimewaan Rosululloh maka ia akan tahu bahwa yang pantas dipuji dan diagungkan setelah Alloh adalah Rosululloh saw. Karena itu, kita tidak mungkin seseorang bisa mencintai Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam kalau tidak kenal keagungan dan kemuliaannya. Selain itu, manusia yang benar-benar cinta pada Nabi pasti akan menjadi orang yang beruntung di dunia sebelum nanti juga beruntung di akhirat.

Cinta perlu pembuktian

Tangkapan layar saat taushiyah oleh Habib Ahmad bin Muhammad bin Abu Bakar Assegaf di acara Dzikro Maulidirrosul di Gresik pada hari Ahad (8/9/2024). (Youtube: eNHa TV)

Pesan kedua, Habib Ahmad meminta agar pengakuan cinta kepada Nabi dibuktikan secara nyata dalam kehidupan. “Cinta itu butuh bukti. Imam Ghozali berkata, haqiqatu al-mahabbah bi al-mutaba’ah. Hakikat cinta itu dengan mengikuti.” Mengikuti yang dimaksud yakni mengikuti jejak langkah kehidupan yang dicintainya serta meneladani akhlaknya.

Tentang mengikuti jalan hidup Rosululloh ini, dikisahkan bahwa sahabat Abdulloh bin Umar pernah tiba-tiba mengitari suatu pohon. Saat ditanya tentang alasan beliau melakukannya, Abdulloh bin Umar mengatakan bahwa beliau hanya mengikuti apa yang pernah dilakukan Nabi. Abdulloh bin Umar pun tidak tahu apakah dahulu saat Nabi memutari pohon tersebut merupakan kesengajaan atau karena unta yang ditunggangi Nabi yang memutarinya sehingga diikuti oleh Nabi.

Sahabat Nabi yang lain, yakni Handzolah dikisahkan mendapat gelar sebagai ‘orang yang dimandikan malaikat’. Gelar itu bukan tanpa alasan. Saat itu Handzolah baru saja menikah. Saat ia bersama istrinya, tiba-tiba datang panggilan perang yang diperintahkan oleh Rosululloh. Handzolah pun segera bergegas dan meninggalkan istrinya. Di medan perang, Handzolah akhirnya gugur sebagai syuhada. Malaikat Jibril pun lalu turun memberitahukan Nabi bahwa Handzolah telah dimandikan oleh para malaikat. Rosul pun memerintahkan kepada seorang sahabat untuk bertanya kepada istri Handzolah tentang apa yang dilakukan suaminya itu sehingga mendapat keutamaan dimandikan malaikat. Istrinya pun menjawab jika saat Handzolah pergi memenuhi perintah perang, ia sedang dalam keadaan junub. Ia tidak sempat mandi demi bergegas memenuhi perintah Rosululloh.

Di akhir taushiyahnya, Habib Ahmad menyimpulkan bahwa kita akan semakin cinta Nabi jikalau mengetahui keutamaan, keistimewaan, dan keagungan Nabi. Kita juga akan menjadi orang yang betul-betul cinta pada Nabi kalau mengikuti sunah dan perintah Nabi serta menjauhi larangannya.

Cinta inilah yang nanti menjadi sebab dikumpulkannya kita bersama Nabi. Hal itu sejalan dengan hadits al-mar’u ma’a man ahab (seseorang itu akan bersama siapa yang ia cintai). Syekh Ali al-Khowas pernah ditanya muridnya, adakah yang lebih nikmat dari surga? Beliau menjawab berkumpul dan bertemu langsung dengan Nabi lebih nikmat dari surga.

 

Kontributor: TI Haryadi

Masukkan kata pencarian disini