CAHAYA FAJAR | PUASA UNTUK BERKAH NEGERI
oleh | AMS
Setiap kita berharap bahwa negeri yang kita tinggali ini menjadi negeri yang penuh berkah. Yaitu sebuah negeri yang penuh kebaikan dan kebaikannya terus bertambah yaitu negeri yang kehidupan setiap individu masyarakatnya tenang bahagia, kehidupan ekonominya sejahtera, negerinya aman tentram dan damai, tanah airnya dan udaranya subur bersih dan menyehatkan, tumbuhan dan tanamannya berbuah kebahagiaan bagi penduduknya, dibukakan semua pintu rezeqi dari segala penjuru. Intinya adalah kehidupan sosial masyarakatnya saling guyub rukun penuh perhatian kepedulian, kehidupan yang saling tepo seliro, dan alamnya sangat bersahabat dan nyaman ditinggali. Sebuah negeri yang gemah ripah loh jinawi, toto tentrem kerto raharjo.
Itulah sebuah gambaran masyarakat ideal yang penuh kebahagiaan di dunia dan mampu mengantarkan pada kebahagiaan di akhirat. Negeri yang diliputi keberkahan langit dan buminya, tanah air udara dan penduduknya. Mungkinkah ada masyarakat seperti itu ? Bisakah tercipta negeri yang demikian ? Dan bagaimana cara mewujudkannya ?
Alquran sebagai pedoman kehidupan yang diturunkan kepada ummat manusia memberikan sebuah gambaran sekaligus petunjuk tentang bagaimana cara agar manusia dapat mewujudkan negeri yang demikian karena alquran diturunkan sebagai solusi, jawaban atas berbagai persoalan kehidupan manusia (hikmah nuzul quran bit tanziil).
Allah swt berfirman dalam Quran Surat al A’raf ayat 96 :
وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡهِم بَرَكَٰتٖ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَٰهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ
Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.
Menurut Allah Sang Pencipta bahwa prasyarat mewujudkan negeri yang berkah adalah penduduknya haruslah bertaqwa kepada Allah swt. Bertaqwa adalah bertanggungjawab, yaitu seseorang bertanggungjawab dengan keimanannya dan seluruh tindakan kehidupannya sebagai wujud konsekwensi dari ketaqwaan.
Lalu, bagaimana membentuk karakter pribadi bertaqwa, adakah prakondisi yang mampu mengarahkan individu masyarakat mewujudkan pribadi yang seperti itu ?.
Ramadhan adalah madrasah, sekolah, training center, waktu berlatih bagi orang beriman untuk mewujudkan pribadi yang beriman dan bertaqwa.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (QS. Al-Baqarah : 183)
Allah swt telah memberikan jalan petunjuk bahwa untuk mewujudkan kekuatan iman taqwa sebagai prasyarat keberkahan sebuah negeri adalah dengan berpuasa di bulan ramadhan dan mengambil banyak hikmah pelajaran yang diperoleh di dalamnya. Antara lain, puasa mengajarkan agar setiap individu masyarakat belajar menahan diri (puasa = menahan), kontrol diri agar mengenal dirinya, posisi dan perannya sehingga lahir tanggungjawab atas kehidupannya.
Ramadhan juga mengajarkan pentingnya membiasakan shalat malam sebagai kunci kekuatan problem solving sekaligus kontrol sosial. Karena penegakan shalat dalam kehidupan akan mampu mencegah seseorang dari perbuatan keji dan mungkar yang tentu akan menjadi kontrol sosial di masyarakat. Kekuatan kontrol sosial inilah yang akan menjadi salah satu pilar tegaknya masyarakat madani, civil society, qaryah/baldah thayyibah.
Demikian pula ramadhan mengajak umat islam untuk banyak membaca al quran, sebuah kitab pedoman menjalani kehidupan. Budaya membaca adalah perintah awal sumber wahyu menuju masyarakat berilmu dan beradab. Alquran secara nature hadir untuk menjawab berbagai persoalan yang dihadapi ummat manusia. Sepertiganya berisi tentang ajaran akhlaq dan selebihnya tentang hukum, sejarah dan kisah. Namun keseluruhannya bermuara pada satu tujuan yaitu menjadikan ummat manusia yang beradab dan berakhlaq mulia.
Ramadhan mengajarkan pula pentingnya berdoa dengan meng-Esakan Allah, memohon ampun atas segala dosa, dan berharap ridho-Nya. Kekuatan doa inilah yang akan mengetuk pintu belas kasih sayang Allah swt. Sehingga Allah berkenan menjadikan negerinya sebagai negeri yang baik dan negeri yang diampuni (baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur).
Demikian pula ramadhan mengajarkan ummat agar menjadikan masjid sebagai pusat aktifitas keummatan yang tidak hanya sebagai tempat ibadah ritual namun juga ibadah sosial dalam memberdayakan masyarakat (ekonomi dan sosial budaya).
Diakhir ramadhan, ummat diajak untuk membangun kepedulian sosial dan menggugah rasa tanggungjawab sosial melalui zakat dan infaq sedekah agar setiap orang ikut bertanggungjawab atas sekitarnya, terlebih terhadap mereka yang memiliki kedekatan biologis ataupun geografis (dzawil qurba).
Yang tak kalah pentingnya adalah sekolah ramadhan mengajarkan akan pentingnya berlaku jujur bagi setiap individu dalam setiap hal termasuk pula dalam pengelolaan amanah ummat (semisal zakat). Kata kuncinya adalah memastikan sikap jujur, adil dan tidak curang. Jika hal ini tidak ada dalam realitas maka hilanglah kepercayaan masyarakat. Kepercayaan publik adalah modal bagi kokohnya sebuah negeri yang dengannya akan menghadirkan partisipasi dan keterlibatan ummat untuk ikut bergerak bersama mewujudkan negeri terbaik (baldah/qaryah thayyibah).
Apabila sekolah ramadhan ini dilakukan dengan sungguh-sungguh dan mengistiqomahi implementasi nilai-nilai ramadhan dalam realitas keseharian bermasyarakat dan berbangsa maka akan mengundang kasih sayang Allah dan keridhoan-Nya untuk menurunkan keberkahan bagi negerinya sehingga tanahnya air subur menghasilkan kesejahteraan, kesehatan dan kebahagiaan bagi warga bangsanya. Itulah negeri yang Allah sebut baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur. Negeri berkah, gemah ripah loh jinawi.
لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ ۖ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ ۖ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ ۚ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ
Sungguh bagi Kaum Saba’ ada tanda (kebesaran Rabb) di kediaman mereka, yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan:) “Makanlah dari rizki yang dianugerahkan Tuhan kalian dan bersyukurlah kepadaNya!’. Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafûr”. (QS.Saba’:15).
Semoga Allah swt menjadikan negeri ini berkah dan diampuni warganya serta sejahtera dan membahagiakan. Semoga Allah meridhoi negeri ini dan mengembalikan kejayaan agama dan ummat islam di negeri amanah para wali ini. Aamiiiin….
AMS.27.5.19
————————————————–
Penulis buku-buku berjudul : Hati Nurani Series
Klik : www.insandinami.com