“Jejeg lan ajeg anggayoh barokahing urip, istaqim kama umirta!.” (Abi Ihya)
Tentang istiqamah, atau konsisten, Allah ta’ala telah menyampaikannya dalam surat Huud ayat 112, yang artinya lebih kurang:
Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (QS. Huud : 112)
Istiqamah adalah satu hal yang tiap kali kita shalat, kita mohonkan kepada Allah ta’ala, melalui surat al Fatihah yang kita baca. Ihdinasshirathal mustaqim. Yang berarti permohonan supaya bisa terus konsisten menapaki shirath kala di dunia agar mampu menapaki shirath akhirat dengan sukses.
Ibnu Malik, dalam alfiyahnya juga menyinggung pentingnya pesan istiqamah, sehingga ia menjadikan istiqamah sebagai contoh satu ungkapan yang sah disebut sebagai term kalam dalam nahwu. Ka istaqim!. Jika bukan sebab pentingnya istiqamah, mestinya ia akan memilih kata yang lain sebagai contoh.
Dalam menjalankan sesuatu, apapun itu, sebuah hal yang demikian sulit dilakukan adalah istiqamah. Kita mungkin bisa memulai satu hal yang fresh dan baru dengan semangat yang membara, tapi mempertahankannya adalah satu tantangan tersendiri. Apapun kebaikan yang kita lakukan yang terbaik adalah bila kita berhasil konsisten menjalankannya meski kebaikan itu dinilai kecil.
Para sahabat Nabi adalah figur istiqamah yang luar biasa, sahabat Bilal bin Rabah tiada pernah batal wudlu melainkan ia segera berwudlu dan shalat sunnah dua rakaat. Sayyidina Ali tiada pernah meninggalkan sedekah setiap hari, pernah suatu saat agar ia bisa bersedekah, ia sampai rela menjadi buruh sebab tidak memiliki apa-apa untuk sedekah. Sayyidina Muawiyah Bin Muawiyah konsisten dalam membaca surat al-ikhlas ditiap rakaat shalatnya. Dan lain sebagainya.
Konsisten dalam menjalankan satu hal, bahkan dinilai lebih istimewa ketimbang seribu keramat. Seekor keong dengan keterbatasannya akhirnya mampu mengalahkan laju sang kancil sebab keistiqamahan yang ia bangun. Ya, seseorang dengan modal kecerdasan saja akan terkalahkan oleh seseorang yang biasa-biasa saja namun kuat dalam istiqamahnya.
Istiqamah akan melahirkan keberkahan yang tiada terkira, sebuah hal yang berawal sederhana dengan istiqamah pada akhirnya akan menjadi luar biasa, sebuah hal yang awalnya kecil dengan istiqamah pada akhirnya akan menjadi besar. Semua berawal dari istiqamah, keberkahan sesuatu ditentukan. Dan memang bukan perkara yang mudah, namun patut diperjuangkan.
Akhir catatan, kita boleh melakukan berbagai ragam kebaikan dan aktivitas positif yang demikian banyak. Namun, pertanyaannya adalah bisakah kita terus mempertahankannya, meneruskannya, hingga ruh tak lagi menempel diraga? Semoga.