CAHAYA FAJAR | Pak Erte Jemblung
Oleh : AMS
Suatu hari beberapa warga sedang duduk santai sambil minum kopi bersama ditemani gorengan pisang dengan pak erte wilayahnya yang dikenal dengan panggilan pak erte jemblung yang dikenal bijak, saat itu terjadi dialog yang renyah diantara mereka,
Warga : “pak te, alhamdulillah pemilu kan sudah berakhir, saya kira dengan selesainya pemilu, selesai pula adu debat di group2 WA. Ternyata ndak juga, kenapa itu kira2 yaa pak te ?”
Pak erte : “ooh, santai saja, itu orang-orang paling masih autis dengan pemilu…heheh”
Warga : ” tapi pak te, kalau kondisi ini dibiarkan, warga bisa terpecah belah…”
Protes mereka pada erte jemblung. sambil nyruput kopi, pak erte jemblung menjawab dengan agak berfilosofi, “gini yaa, ibarat baru selesai pesta, memang kelihatannya tetamu sudah pulang, tapi dibelakang dapur masih repot bersih-bersih piring kotor, yaaa wajarlah kalau pas menata piring ada suara klotekan dari suara adu piring itu”,
Warga : “trus…apa perdebatan warga yang sudah mulai mengarah ke perpecahan akan kita biarkan begitu too pak erte?”.
Sekarang pak erte sudah mulai tampak serius, dengan protes pertanyaan warga ini. Sambil menarik napas dalam, pak erte menjawab : “Begini yaa, jangan kalahkan persaudaraan ukhuwah antar warga itu hanya dengan urusan pilpres yang lima tahunan ini, kalau kita sakit apakah kiranya presiden dan wakil presiden yang kita pilih itu yang akan nyambangi duluan ke rumah kita, tidak too ?”.
Dengan wajah yang masih tampak serius, pak erte melanjutkan wejangannya, “Ukhuwah itu wajib dijaga, bahkan terlarang dalam agama untuk berpecah belah”. Sambil dia mengutip Firman Allah dengan bacaan yang fasih :
وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعٗا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآءٗ فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم بِنِعۡمَتِهِۦٓ إِخۡوَٰنٗا وَكُنتُمۡ عَلَىٰ شَفَا حُفۡرَةٖ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنۡهَاۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ
Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk. (QS. Ali ‘Imran : 103)
Jagongan warga yang awalnya saling saut sautan diantara mereka, sekarang tampak agak serius. Pak erte jemblung yang memang terkenal juga sebagai ustadz dikampunya, melanjutkan wejangannya. “Sudahlah, pilpres sudah selesai, sekarang saatnya kita tata kembali warga yang kemaren sempat bersitegang hanya gara-gara pilihan, ayo kita tata kampung kita. pokok e warga harus guyub rukun sak lawase. Coba ingat lagi sabda nabi :
المؤمن إلف مألوف، ولا خير فيمن لا يألف ولا يؤلف
“Seorang mukmin itu (harus) hidup rukun. Tak ada kebaikan bagi yang tidak hidup rukun dan harmonis.”
Tampak warga lega dengan jawaban pak erte jemblung yang menyejukkan itu. Sambil nyruput kopi yang tersisa sedikit Pak erte mengakhiri wejangannya, “Wis to yoo rek, Ayo kuatkan kembali kerukunan, karena itu jalan terbukanya pintu keberkahan bagi kampung kita. Apapun hasilnya kita pasrahkan pada Allah swt karena kepemimpinan adalah hak prerogativ Allah swt semata. Mari kita doakan semoga jangan sampai ada kecurangan dan kedhaliman. Kita berdoa pada Allah swt agar bangsa ini dijauhkan dari perpecahan, semoga diberikan pemimpin yang terbaik dan semoga negeri ini menjadi negeri yang diridhoi, baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur”. Aamiiin….
Disarikan dari buku-buku berjudul : Hati Nurani Series Karya AMS
kunjungi website kami www.insandinami.com