Mengikuti Paman

Sejenak Pagi | SIROH NABAWIYAH (55) Mengikuti Paman

Hati Nabi Muhammad Sholallohu ‘Alaihi Wasallam kecil merasa pengap dengan kehidupan di Mekah. Setiap hari, dilihatnya anak-anak fakir miskin seusianya bekerja bersama-sama dengan bertelanjang tanpa rasa malu.

Nabi Muhammad Sholallohu ‘Alaihi Wasallam juga melihat setiap malam pintu rumah orang-orang kaya tertutup rapat. Di dalam, mereka berpesta pora, menyaksikan para penari, dan bermabuk-mabukan sampai pagi sambil dijaga oleh para budak. Padahal, di tempat lain, ia melihat orang-orang berjuang mencari rezeki antara hidup dan mati.

Nabi Muhammad Sholallohu ‘Alaihi Wasallam sering sekali melintas di depan gubuk-gubuk reyot dan rumah-rumah kumuh. Pintu-pintu mereka juga tertutup rapat, tetapi di dalamnya tinggal orang-orang yang hidup menderita. Orang-orang itu jika tidak memiki bahan makanan, besok atau lusa terpaksa menggadaikan anak gadis, istri atau ibunya untuk dikumpulkan menjadi budak para saudagar demi melepaskan diri dari lilitan hutang.

Di depan gubuk-gubuk itu, Nabi Muhammad Sholallohu ‘Alaihi Wasallam melihat para pemuda berkumpul. Pikiran mereka dipenuhi impian tentang datangnya mukjizat yang akan mampu membebaskan Mekah dari kebiadaban. Para pemuda itu berkumpul mengelilingi seorang laki-laki yang bercerita tentang legenda-legenda indah orang-orang terdahulu yang berjuang melawan raja yang sewenang-wenang.

Suatu saat, pada usia Nabi Muhammad Sholallohu ‘Alaihi Wasallam 12 tahun, Abu Thalib berniat pergi berdagang ke Syam untuk mencari nafkah.

“Ajaklah aku, Paman!” pinta Nabi Muhammad Sholallohu ‘Alaihi Wasallam.

“Tetapi, perjalanan padang pasir begitu sulit dan jauh! Aku tidak tega mengajak anak sekecilmu menempuh kesulitan sedemikian berat!”.

Saat itu, hanya Abu Thalib tempat Nabi Muhammad Sholallohu ‘Alaihi Wasallam berlindung. Ia merasa amat kesepian jika harus menghadapi kehidupan Mekah seorang diri, tanpa ada paman di sampingnya.

“Kepada siapakah Paman akan meninggalkan aku seorang diri apabila Paman pergi nanti?” tanya Nabi Muhammad Sholallohu ‘Alaihi Wasallam begitu mengiba.

Abu Thalib sangat terharu,
“Demi Alloh, aku pasti membawanya pergi. Ia tidak boleh berpisah denganku dan aku tidak boleh berpisah dengannya selama-lamanya.”

Lihb Si Peramal
Orang-orang Quraisy sering mendatangi Lihb dengan membawa anak-anaknya untuk diramal.

Suatu hari, Lihb melihat Nabi Muhammad Sholallohu ‘Alaihi Wasallam.

“Kemarilah, hai anak muda!” serunya. Namun, Abu Thalib segera menyembunyikan Nabi Muhammad Sholallohu ‘Alaihi Wasallam dan membawanya pergi hingga Lihb berteriak-teriak,

“Celakalah kalian, bawa ke sini anak muda yang aku lihat tadi! Demi Alloh, anak ini akan menjadi orang besar di kemudian hari!”

Allahumma Sholli ‘Ala Sayyidina Muhammad, Wa ‘ala Aali Sayyidina Muhammad

Wallahu A’lam Bisshawab

Yaa Alloh Yaa Robb…
Ampunilah dosa dan kesalahan Murrobi dan guru² kami.
Ampunilah kedua orang tua kami, ampunilah kami, keluarga kami dan saudara² kami.

Yaa Alloh Yaa Robb…
Sehat dan sembuhkan saudara dan sahabat kami yang sakit.
Jadikanlah sebaik-baik amal kami pada penutupannya.
Jadikan kami dan keluarga kami sehat dzohir dan bathin.
Lindungilah kami dari berbagai penyakit, bencana dan kesulitan lainnya.
Jadikan kami, insan yang pandai bersyukur dan bisa membahagiakan orang lain.
Jadikan kami menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat.
Jadikan negri ini menjadi lebih baik.
Robbana Taqobbal Minna
Ya Alloh terimalah dari kami (amalan kami), aamiin

youtube.com/@djoeprichannel
@sejenakpagi.official
?❤?