#BersamaSangMurobbi-Seri

Oleh | Ummu Inas

Ketua DPC Anshoriyah Kediri, Bendahara Lazis Al-Haromain Cabang Kota Kediri

Lek Gak Enak Mosok Tak Tuku?

Suatu hari, saya ditimbali Abi ke ndalem.

Saat itu saya sedang khidmah mengajar di SD Ya Bunayya Pujon dan tinggal di rumah samping pondok yang sekarang menjadi bangunan Al-Ghina dan MJ. Bersama dua ponakan dan beberapa putri teman jamaah saya menempati rumah tersebut. Sebelumnya saya tinggal di ruangan yang menjadi cikal bakal Popi saat ini bersama beberapa teman asatidzah yang juga khidmah di LPI. Karena waktu itu rumah milik pondok yang akan saya kontrak masih proses renovasi. Dan Abi langsung yang ikut mengawasi proses renovasi rumah yang mau saya kontrak tersebut.

Awakmu oleh undangan walimah nang Bojonegoro gak?” tanya beliau. (Kamu dapat undangan walimah di Bojonegoro?)

Angsal, Bi,” jawabku  tentang undangan pernikahan salah satu teman UNAIR yang juga ngaji di Abi.

Lha, awakmu teko gak?” tanya beliau lagi (Kamu datang?)

Agak bimbang saya menjawab, karena ingin datang tapi belum tahu rumahnya dan tidak punya barengan berangkat.

Nggih kepingin dugi, Bi. Tapi mboten wonten rencange,” jawabku jujur. (Ingin datang, Bi. Tapi tak ada temannya).

Lha lek kepingin teko, bareng aku gak popo,” ujar beliau. (Kalau ingin datang, bareng saya tidak apa-apa). “Tapi yo ijino karo kepala sekolah dhisik. Tapi ojo ngomong lek tak jak bareng,” imbuh beliau. (Tapi ya izin dulu ke kepala sekolah. Tapi jangan bilang kalau saya ajak bareng). “Dadi engko lek diizini gak mergo aku. Lek gak diizini yo gak usah budal,” ujar beliau lagi. (Jadi nanti kalau diizinkan bukan karena saya. Kalau tidak diizinkan ya tidak usah berangkat).

Singkat cerita, saya mendapat izin dari kepala sekolah untuk hadir walimah teman. Dan pada hari H tersebut, saya sudah siap di ndalem pagi-pagi. Abi dan Ummi Maslahah menyuruh saya dan dua ponakan yang saya ajak untuk sarapan dulu. Lalu kami berangkat ke Bojonegoro naik mobil Abi. Abi di depan samping sopir (saya lupa siapa yang nyopiri waktu itu). Saya di bangku tengah bersama Ummi dan ponakan saya. Di perjalanan sempat diwarnai insiden muntah salah satu ponakan saya.

Ketika sampai kota Babat, daerah pasar kalau tidak salah, Abi meminta sopir untuk menghentikan mobil. Beliau lalu turun dan masuk ke sebuah toko. Saya kira Abi beli apa gitu, untuk keperluan beliau. Ternyata, ketika masuk mobil, beliau menyodorkan bungkusan ke Ummi dan saya. Saya terima bungkusan tersebut, ternyata isinya Jenang Jowo yang dikemas dalam bungkusan kecil-kecil seperti permen/coklat. Saya yang sudah akrab dengan jenang merasa biasa saja awalnya. Saya coba makan satu bungkus, dan ternyata rasanya enak sekali.

“Enak Bi ternyata jenangnya,” komentar saya.

Lek gak enak mosok tak tuku?” jawab beliau sambil tertawa. (Kalau tak enak masak saya beli?)

MaasyaaAllah… Subhaanallah… Allahu Akbar!

Kembali saya tertampar dengan teladan beliau. Sebagai murabbi dan pimpinan pesantren, bisa saja beliau memanfaatkan posisi beliau untuk memerintahkan kepala sekolah memberi izin pada saya menghadiri undangan walimah. Dan bisa saja beliau membiarkan saya memanfaatkan nama beliau untuk dapat izin. Namun beliau mengajari saya menempatkan sesuatu pada tempatnya sesuai dengan prosedur. Beliau mengajari santri-santrinya agar menghindari nepotisme.

Saya yang sudah akrab

dengan jenang merasa biasa saja awalnya. Saya coba makan satu bungkus, dan ternyata rasanya enak sekali. “Enak Bi ternyata jenangnya,” komentar saya. “Lek gak enak mosok tak tuku?” jawab beliau sambil tertawa. (Kalau tak enak masak saya beli?)

Dan tamparan lainnya, sebagai Kiai, bisa saja saat itu beliau menyuruh sopirnya/santrinya, saya, atau Ummi untuk turun mobil dan membelikan jenang sesuai keinginan beliau. Namun beliau memilih turun dan membeli sendiri. Dan siapalah saya, sampai dibelikan jenang oleh kiainya. Sungguh beliau memuliakan santri dan istri-istrinya. Sungguh beliau menjauhi sifat aji mumpung.[]

(Dinukil dari buku Bersama Sang Murobbi I, terbitan Persyadha Surabaya. Dapatkan kisah-kisah yang lain, yang lebih seru di buku Bersama Sang Murobbi. Ingin memiliki buku tersebut kontak Akhina Muji Sampurno 0816-1506-8024, Ukhti Jannah 0877-5419-2725.