Kultum#7 Ramadhan Bersama Para Malaikat
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah berfirman, yang artinya: “Janganlah demikian. Sungguh al-Quran itu adalah sebuah peringatan. Maka barangsiapa yang menghendaki tentulah dia akan memperhatikannya. Di dalam kitab-kitab yang dimuliakan. Yang ditinggikan dan disucikan. Di tangan para Malaikat yang mulia lagi berbakti.” (QS. Abasa: 11-14)
Shalawat dan salam semoga selalu terlimpahcurahkan kepada Nabi Muhammad ﷺ yang mana beliau telah bersabda, “Orang yang membaca al-Quran sedangkan dia mahir dalam membacanya, maka dia bersama para Malaikat yang mulia lagi berbakti. Sedangkan orang yang membaca al-Quran dan dia terbata-bata dalam membacanya, maka dia mendapatkan dua pahala.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Kenyamanan dan ketentraman yang kita rasakan di dalam kehidupan ini sangat bergantung kepada teman yang lalu menemani kita. Jika kita berteman dengan penjual minyak wangi, tentu kita pun akan menjadi wangi. Dan jika kita berteman dengan orang yang jorok maka kita pun akan terbawa jorok. Memang begitulah keadaannya.
Lantas bagaimana keadaan orang-orang yang selalu ditemani oleh para Malaikat yang mulia dan berbakti? Dan bagaimana keadaan orang-orang yang lalu ditemani oleh syetan-syetan yang dimurkai?
Manusia yang selalu ditemani para Malaikat pasti dia akan selalu dalam keadaan bahagia dan tentram. ‘Tidak akan pemah memaksakan kegundahan dan kegalauan. Sedangkan manusia yang selalu ditemani syetan, dia akan lalu dalam keadaan was-was dan ketakutan. Rasulullah bersabda, yang artinya:
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di satu nanah dari rumah-rumah Allah yang mana mereka membaca kitab dan saling mempelajarinya kecuali akan turun kepada mereka ketenangan, dan mereka akan dinaungi rahmat, mereka akan dilingkupi para Malaikat dan Allah menyebut-nyebut mereka di sisi para makhluq (HR. Muslim)
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya:
“Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui.” (QS. Al-Baqarah: 268)
Oleh karenanya, marilah kita terus membaca dan mempelajari al-Quran agar kita menjadi pintar dalam al-Quran. Dan jika kita pintar dalam bidang al-Quran maka kita akan selalu ditemani para Malaikat. Para Malaikat itulah yang Allah utus kepada kiu untuk menyampaikan kabar gembira agar icita tidak takut dan sedih bahkan mereka mengabarkan kepada kita bahwa kita akan memasuki syurga Allah Ta’ala.
Rumah yang dinaungi para Malaikat tentu akan berbeda dengan rumah yang diliputi oleh syetan. Rumah-rumah yang dinaungi Malaikat teinu akan mencapai tujuan yang paling tinggi dalam kehidupan rumah tangganya, yaitu kesakinahan, kemawadahan, dan kerahmatan. Sedangkan rumah yang diliputi syetan akan jauh dari semua itu. Sehingga berapa banyak suami istri yang selalu bertengkar, anak-anak yang nakal, dan harta yang tidak pernah memberikan kepuasan, tidak lain itu pasti dikarenakan mereka jauh dari al-Quran sehingga kehidupan mereka dikuasai oleh syetan.
Begitu pula dengan sebuah negeri yang selalu dinaungi oleh para Malaikat. Negeri itu tentunya akan mengeluarkan keberkahan demi keberkahan. Sehingga negeri itu menjadi sebuah negeri yang digambarkan oleh al-Quran, Baldatun Toyyibatun na Rabbun Ghofur.
Sebaliknya negeri yang diliputi oleh syetan akan membawakan bencana demi bencana dan ketakutan demi ketakutan. Sebagaimana yang digambarkan al-Quran. Tetapi penduduk itu berpaling, maka Kami kirim kepada mereka banjir yang besar, dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi pohon-pohon yang berbuah pahit, pohon asl (yaitu pohon sejenis pohon cemara) dan sedikit pohon sidr (yaitu sejenis pohon bidara).
Maka, untuk menggapai semua kebaikan yaitu berupa kehidupan yang selalu dinaungi oleh para Malaikat, marilah kita mengawali dari diri kita sendiri, dari keluarga kita dan dari masyarakat kita untuk terus berjuang dalam membumikan al-Quran. Dimulai dari membacanya, mempelajarinya, mengamalkannya, dan lalu menda’wahkannya.
Wallahu ‘alam.