CAHAYA FAJAR | MENJADI GURU YANG MURABBI
oleh | AMS

Kemuliaan manusia disebabkan karena ilmu yang telah Allah swt karuniakan pada dirinya semenjak awal penciptaan sehingga mampu melebihi dari kemuliaan malaikat dan makhluk ciptaan Allah swt lainnya. Ilmu adalah salah satu bentuk rahmad Allah swt kepada manusia yang diberikannya sebagai alat untuk membedah berbagai persoalan hidup dan menyelesaikannya. Karena hidup sejatinya adalah masalah maka ilmu memberikan informasi dan arahan tentang bagaimana seorang manusia harus menghadapinya dan menemukan jalan solusi darinya.

Ilmu adalah pemberian langsung dari Allah swt. Sebagaimana di Firmankan oleh Allah di dalam Q.S. al baqarah ayat 31. Ilmu ibarat sebuah hidangan yang telah dihidangkan, maka selanjutnya apakah manusia bersedia untuk memperolehnya dan mengambil pada meja hidangan yang telah disediakan oleh Allah. Walau demikian, hidangan itu ada di dalam sebuah istana yang sangat indah nan bersih, dan untuk mendapatinya harus melalui serangkaian pintu penjagaan yang sangat ketat dengan beberapa SOP dan aturan. Apabila seseorang tidak mengetahui caranya maka akan sulit mendapatkannya. Atau mungkin mendapatkannya namun tidak mampu menikmatinya.

Pemilik ilmu dan pemberi ilmu adalah Allah swt, maka barang siapa yang ingin mendapatkannya haruslah mampu mendekati Allah swt. Sehingga hanya mereka yang bersih hati disertai usaha yang maksimal dengan perilaku yang sesuai dengan harapanNya maka dialah yang layak untuk memperolehnya. Kunci pembuka ilmu adalah adab. Adab adalah cara seseorang dalam berinteraksi dengan pemilik ilmu dan cara bagaimana mendapati ilmu. Tanpa adab maka seseorang hanya akan masuk ke kamar yang salah sehingga ilmu yang dipelajarinya bukanlah sesuatu yang dapat menenangkan jiwa dan memuaskan akal pikiran.

Karena itulah terdapat beberapa aturan standart operating prosedure dari sebuah adab untuk memperoleh ilmu dan membuka pintu keberkahan atas ilmu yang dipelajarinya. Pertama adab yang terkait dengan guru yang akan menyampaikan ilmu. Guru adalah ibarat penyambung lidah dari sumber utama ilmu, yaitu Allah swt. Ketahuilah bahwa Ilmu adalah murni pemberian dari Allah swt, untuk itu selayaknya bagi seorang guru untuk bersedia mendekat pada Allah sang pemilik dan pemberi ilmu. Bagaimana mungkin ilmu akan dia peroleh sementara dirinya menjauh dari Allah swt. Sehingga bagi seorang guru selayaknya untuk banyak melakukan upaya taqarrub kepada Allah swt melalui serangkaian amal ibadah yang mampu mendekatkan dirinya pada Allah swt, melalui shalat lima waktu (ini modal bagi manusia normal, biasa), sementara guru adalah selevel lebih tinggi dari manusia biasanya maka harusnya juga melakukan tindakan diluar kebiasaan yaitu dengan istiqomah shalat malam, bangun sebelum yang lain bangun serta mmmbiasakan diri dengan shalat-shalat sunnah lainnya semisal shalat taubah, hajat, istikharah, dhuha dan shalat sunnah rawatib lainnya yang menyertai shalat fardhu.

Karena ilmu adalah dari Allah swt maka sebenarnya seorang guru haruslah mampu menjadi “representasi Allah” dalam kehidupan yaitu haruslah mampu mewujudkan sifat-sifat ketuhanan dalam realitas kemanusiaan di dunia pembelajaran. Bagaimana merepresentasikan sifat Allah itu, yaitu seorang guru haruslah mampu semaksimal mungkin mempraktekkan pesan utama dari sifat-sifat Allah melalui nama-namaNya yang mulia (asmaul husna).

Allah swt sang pemilik ilmu adalah dzat yang maha suci, maka seorang guru haruslah mampu mensucikan dirinya terlebih dahulu agar ilmu yang disampaikannya juga berada dalam kesucian. Kesucian ilmu haruslah bermula dari niat yang bersih, lurus dan ikhlas yang tidak bercampur dengan kotoran. seorang mu’allim haruslah mengarahkan hanya pada satu tujuan dalam proses pengajarannya yaitu untuk mendapatkan ridho Allah swt semata, memuliakan Allah dan agamanya serta membesarkan segala keagunganNya.

Allah swt maha indah, maka seorang guru harus menjadi contoh teladan dalam hal keindahan, kerapian dan kebersihan sehingga ilmu Allah yang dibawakannya benar-benar berwibawa dihadapan manusia. Suatu ketika imam malik ditanya oleh seseorang tentang suatu hadist saat dirinya sedang ada di pasar. Imam malik bergeming atas pertanyaan itu, si penanya terus membuntutinya hingga sampai di rumah imam malik karena merasa tidak puas dengan sikap imam malik. Sesampainya di rumah lalu imam imam malik ke kamarnya seraya berganti baju kebesarannya dengan imamah yang sangat berwibawa menambah kewibawaan sang imam. Kemudian tanpa banyak komentar imam malik memukuli si penanya dengan sebuah lidi sebanyak tiga kali. Kemudian beliau berkata, “pukulan itu adalah jawaban saya atas ketidaksopananmu bertanya tentang persoalan ilmu di pasar dan jalan. Karena saya telah memukulmu tiga kali maka saya beri kamu tiga hadist…”. Si penanya kemudian bergumam, “kalau sekiranya saya tahu jika saya akan diberi tiga hadist atas pukulan tadi, maka saya akan minta banyak pukulan kepadanya..”. Demikianlah imam malik memberikan contoh bagaimana harusnya memperlakukan dan memuliakan ilmu.

Ilmu adalah pemberian Allah, maka kita dalam memperolehnya harus dengan ketawadhuan, demikian pula dalam menyampaikannya harus penuh dengan kesabaran dan kasih sayang. Allah swt berfirman:

فَبِمَا رَحۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ فَٱعۡفُ عَنۡهُمۡ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ وَشَاوِرۡهُمۡ فِي ٱلۡأَمۡرِۖ فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ

Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal. (QS. Ali ‘Imran : 159)

Seorang guru pasti berhadapan dengan banyak perilaku dan sifat para murid yang beragam macam, mulai seorang murid yang pandai, tawadhu’ penuh khidmad hingga murid yang nakal dan kurang ajar. Maka seorang guru haruslah terus membangun kesabaran karena dengan hal itu akan mampu melembutkan hati yang keras hingga ilmu benar-benar masuk ke dalam hati dan memberikan kemanfaatan.

Allah swt adalah dzat yang maha amanah dan adil pada makhluknya maka seorang guru harus menyampaikan ilmu secara terbuka transparan dan tidak boleh ada satupun ilmu yang disembunyikan. Bahkan Allah swt melaknat perilaku demikian. Allah swt berfirman :

إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَىٰ مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ ۙ أُولَٰئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ ﴿١٥٩﴾ إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَٰئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ ۚ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dila’nati Allâh dan dila’nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela’nati.  Kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah: 159-160)

Seorang guru bukanlah hanya sekedar seorang penyampai ilmu namun juga sekaligus pembimbing yang mendampingi, mengarahkan, jiwa dan pikiran (murabby ruuhiy). Sebagai pembimbing dan pengarah jiwa maka seorang guru haruslah mampu menyentuh hati dan kesadaran murid untuk merasakan kehadiran Allah swt serta keterikatan yang kuat baik pikiran dan langkah sikap antara seorang guru dan murid hingga melahirkan loyalitas yang tinggi. Loyalitas adalah puncak dari seluruh tindakan seseorang dalam membangun pola hubungan dan interaksi kemanusiaan termasuk pula dalam proses hubungan pembelajaran. Loyalitas ditandai dengan kesediaan murid untuk mengikuti seluruh tindakan dan pikiran serta ikut merasakan apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh sang guru sehingga murid mampu bersikap dan bertindak sesuai dengan harapan sang guru sekalipun tanpa harus diminta bahkan bersedia menyertai guru baik dalam pikiran dan langkahnya dalam suka maupun duka. Itulah puncak dari sebuah proses pembelajaran.

Demikianlah beberapa hal yang harusnya dilakukan oleh seorang guru dalam mendampingi generasi menuju terbentuknya generasi berilmu rabbani yang mampu menuntun pada sebuah peradaban terbaik dalam sejarah kemanusiaa. Semoga kita mampu menjadi pribadi yang mampu menggoreskan sejarah kebaikan melalui proses pembelajaran selalu terbimbing dalam petunjukNya. Aamiin…

————————————————–
by : Akhmad Muwafik Saleh. 9.10.2019
————————————————–
???☘???❤?☘

#pesantrenmahasiswa
#tanwiralafkar
#sentradakwah
#pesantrenleadership
#motivatornasional
#penulis_buku_hatinurani

Klik web kami :
www.insandinami.com

? AYO SHARE DAN VIRALKAN KEBAIKAN