CAHAYA FAJAR | BELA-LAH YANG TERDHALIMI
Oleh : AMS
Allah swt melarang keras berbuat dhalim pada orang lain. Haram hukumnya bagi seorang muslim mendhalimi saudaranya dengan apapun alasannya. Pengharaman perbuatan dhalim ini datang langsung dari Allah swt melalui hadist qudsinya
عَنْ أَبِـيْ ذَرٍّ الْغِفَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّـى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْمَـا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنَّهُ قَالَ : «يَا عِبَادِيْ ! إِنِّـيْ حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَـى نَفْسِيْ ، وَجَعَلْتُهُ بَيْنَـكُمْ مُحَرَّمًا ؛ فَلاَ تَظَالَـمُوْا
Dari Abu Dzar al-Ghifâri Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam meriwayatkan firman Allah Azza wa Jalla , “Wahai hamba-Ku! Sesungguhnya Aku mengharamkan kezhaliman atas diri-Ku dan Aku menjadikannya haram di antara kalian. Maka, janganlah kalian saling menzhalimi.
Untuk menegaskan akan beratnya ancaman dan kerasnya pelarangan perbuatan dhalim itu maka Allah swt menerima setiap doa yang dipanjatkan oleh orang yang terdhalimi tersebut tanpa penghalang apapun (istijabah).
Bahkan Nabi Muhammad mengharamkan syafaat bagi mereka yang membela kedhaliman, menjadi pendukung kelompok yang berbuat dhalim.
سَيَكُونُ بَعْدِي أُمَرَاءُ فَمَنْ دَخَلَ عَلَيْهِمْ فَصَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ، وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ، فَلَيْسَ مِنِّي، ولَسْتُ مِنْهُ، وَلَيْسَ بِوَارِدٍ عَلَى الْحَوْضِ، وَمَنْ لَمْ يَدْخُلْ عَلَيْهِمْ، وَلَمْ يُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ، وَلَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهِمْ، فَهُوَ مِنِّي، وَأَنَا مِنْهُ، وَهُوَ وَارِدٌ عَلَى الحَوْضِ». قال الترمذي:حديث غريب صحيح.
“Akan ada setelahku para pemimpin, yang barangsiapa mendatangi mereka, lalu membenarkan mereka dalam kedustaan mereka, menolong mereka atas kezaliman mereka, maka ia bukan termasuk golonganku, dan aku tidak termasuk golongannya, dan ia tidak akan mencapai telagaku. Dan barangsiapa tidak mendatangi mereka, dan tidak menolong mereka atas kezaliman mereka, dan tidak membenarkan mereka dalam kedustaan mereka, maka ia termasuk golonganku dan aku termasuk golongannya, dan ia akan mencapai telagaku”. (HR. Imam Tirmidziy, an nasaiy dan Imam al-Hakim).
Kedhaliman itu bisa berupa perilaku mencurangi kesepakatan yang merugikan orang lain, mempermainkan kejujuran, menyebarkan kebohongan atas nama orang lain atau untuk menghancurkan orang lain. Dengan sengaja membolak balikkan data dan fakta kebenaran dengan mengorbankan nilai kebaikan dan mencurangi orang lain demi sesuatu yang menguntungkan dirinya dan kelompoknya.
Dengan beragam ancaman yang sangat berat itu, lalu bagaimana sikap kita disaat ada saudara yang terdhalimi? Tiada lain kecuali dengan cara membelanya, mendukungnya, mensupportnya, membantunya dan mendoakannya. Terlebih jika kedhaliman yang dilakukan begitu massif dilakukan terhadap seseorang atau kelompok oleh suatu kelompok lainnya, maka pembelaan yang kita tunjukkan harus lebih maksimal.
Namun, sekiranya kita tidak mampu membela dan membantu saudara kita yang terdhalimi maka setidaknya janganlah kita berdiri di kalangan kelompok yang mendhalimi.
Siapapun yang berbuat dhalim dengan nyata secara berjamaah semoga disadarkan oleh Allah, atau jika tidak, semoga dikalahkan dan dihancurkan olehNya.
Semoga Allah swt selalu membimbing kita untuk istiqomah dalam pembelaan atas keberpihakan pada kebenaran serta diberikan kekuatan untuk terus berani menyuarakannya. Semoga Allah swt memasukkan kita dalam kelompok pembawa kebenaran. Aamiiin….
Disarikan dari buku-buku berjudul : Hati Nurani Series Karya AMS
kunjungi webiste kami www.insandinami.com