CAHAYA FAJAR | AGAMA TRANSFORMATIF
oleh | AMS
Tidak ada satupun agama di muka bumi ini yang setransformatif agama islam. Bahkan Islam mengajak ummatnya untuk terus melakukan transformasi diri dalam sehari minimal 17 kali yang diucapkan secara berulang-ulang dan mengucapkannya sebagai sebuah kewajiban. Menjadi tidak sah apa yang dilakukannya itu apabila tidak mengucapkan hal tersebut yang dititipkan dalam aktifitas wajib seorang muslim melalui shalat yaitu berupa bacaan fatihah. Di dalam surat alfatihah itu terdapat satu ayat yang berbunyi “ihdinash shiraathal mustaqim”, artinya tunjukilah (bimbinglah) kami ke jalan yang lurus.
Ayat ke enam dari tujuh ayat yang diulang-ulang ini (sab’ul matsani) seakan memberikan sebuah pesan bahwa seorang muslim haruslah terus melakukan evaluasi diri hingga pada tahap kesadaran penuh bahwa dalam setiap saat dirinya bisa jadi melakukan keburukan, kejelekan, penyelewengan, disorientasi niat, semangat yang kendor, langkah yang salah, tindakan yang menyalahi komitmen kebenaran dan kebaikan yang mungkin dilakukannya dalam beberapa waktu yang telah berlalu atau beberapa jam sebelumnya, yang kesemuanya itu adalah suatu bentuk tindakan yang keluar atau terpeleset keluar dari jalan yang lurus atau dari komitmen awal untuk mewujudkan kebaikan sebagai pribadi yang excellent dengan habits yang positif sehingga dengan modal evaluasi itu dirinya perlu melakukan komitmen ulang dengan niat kuat serta doa dan harapan yang sungguh-sungguh untuk selalu mendapatkan bimbingan (ihdina) agar tetap berada di jalan komitmen kebaikan yang lurus (shirathal mustaqim).
Bahkan shalat yang dilakukan itu sendiri merupakan cara transformasi diri yang paling sempurna dan spektaluler karena seorang muslim diwajibkan melakukannya sebanyak lima kali dalam sehari semalam. Sementara pada agama yang lain ada yang sepekan sekali dalam menegaskan komitmen transformasi diri ini. Hingga sang Nabi mengatakan bahkan shalat itu ibarat orang sedang membersihkan dirinya dari debu. Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهَرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ ، يَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسًا ، مَا تَقُولُ ذَلِكَ يُبْقِى مِنْ دَرَنِهِ » . قَالُوا لاَ يُبْقِى مِنْ دَرَنِهِ شَيْئًا . قَالَ « فَذَلِكَ مِثْلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ ، يَمْحُو اللَّهُ بِهَا الْخَطَايَا
“Tahukah kalian, seandainya ada sebuah sungai di dekat pintu salah seorang di antara kalian, lalu ia mandi dari air sungai itu setiap hari lima kali, apakah akan tersisa kotorannya walau sedikit?” Para sahabat menjawab, “Tidak akan tersisa sedikit pun kotorannya.” Beliau berkata, “Maka begitulah perumpamaan shalat lima waktu, dengannya Allah menghapuskan dosa.” (HR. Bukhari no. 528 dan Muslim no. 667)
Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu,
مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ كَمَثَلِ نَهَرٍ جَارٍ غَمْرٍ عَلَى بَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ ». قَالَ قَالَ الْحَسَنُ وَمَا يُبْقِى ذَلِكَ مِنَ الدَّرَنِ
“Permisalan shalat yang lima waktu itu seperti sebuah suangi yang mengalir melimpah di dekat pintu rumah salah seorang di antara kalian. Ia mandi dari air sungai itu setiap hari lima kali.” Al Hasan berkata, “Tentu tidak tersisa kotoran sedikit pun (di badannya).” (HR. Muslim no. 668).
Sebuah permisalan yang sangat logik dan cerdas. Inilah komitmen transformasi yang sangat fenomenal. Karena seorang muslim diminta untuk melakukan evaluasi diri sekaligus penegasan komitmen perubahan dan perbaikan diri secara rutin dalam setiap hatinya hanya dalam hitungan jam. Tentu hal ini adalah sebuah mekanisme upaya melakukan transformasi diri yang sangat radikal. Adakah agama di dunia yang se-radikal agama islam dalam mendorong ummatnya untuk melakukan perubahan dan perbaikan diri atau transformasi diri yang amat intens dan serius? .
Baca juga: Antara Sehat dan Sempat
Bahkan dianggap tidak bermakna apabila deklarasi komitmen untuk melakukan transformasi ini dilakukan tidak dengan sungguh-sungguh mengerahkan segala upaya dalam fokus tingkat tinggi. Inilah yang disebut dengan khusyuk shalat. Tidaklah bermakna shalat seorang hamba (sebagai sebuah deklarasi komitmen transformasi diri) jika tidak dilakukan dengan khusyuk. Sebagaimana dalam surat Al-Maun ayat 4-5 Allah swt menjelaskan ancaman-Nya:
فَوَيْل لِلْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتهمْ سَاهُونَ
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.
Bahkan Nabi menegaskannya pula dalam sabdanya :
لاينظر الله الى صلاة لايحضر الرجل فيها قلبه مع بدنه
Allah swt tidak memandang shalat seseorang yang tidak menghadirkan (konsentrasi) hatinya beserta badannya.
Penegasan diatas menunjukkan bahwa Islam amat sangat serius dan sungguh-sungguh mendorong ummatnya agar benar-benar memastikan bahwa dirinya serius dalam melakukan upaya transformasi diri hingga mampu mewujudkan sosok pribadi yang terbaik, jauh dari segala keburukan sikap dan segala bentuk tindakan negatif apapun. Sebagaimana ditegaskan dalam Firman Allah swt bahwa apabila deklarasi komitmen ini dilakukan dengan sungguh-sungguh maka mampu mencegah perbuatan yang buruk dan keji.
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). (QS.Al-Ankabut : 45)
Sehingga dengan kesungguhan (khusyu) itu lahirlah pribadi yang mampu menghiasi dirinya dengan kerendahan, ketulusan, pengagungan, kecintaan dan ketenangan, semangat, antusias, peduli, tanggungjawab, penuh dengan keindahan sikap perilaku hingga mencapai performa puncak sebagai manusia sempurna yaitu pribadi transformatif, yang bersedia terus menerus melakukan perubahan kearah yang lebih baik hingga mampu bermanfaat bagi dirinya serta mampu menebarkan salam kebaikan dan kemanfaatan bagi lingkungan sekitarnya dan kehidupan kemanusiaan.
Hanya agama transformatif yang melahirkan manusia-manusia transformatif pula, itulah Islam. Semoga diri kita selalu dibimbing oleh Allah swt untuk terus melakukan kebaikan sebagaimana yang di ridhoinya dan kelak dapat dikumpulkan dengan orang-orang terbaik yang mereka ridho pada Allah dan Allah juga telah ridho pada mereka. Aamiiin…
————————————————–
by : Akhmad Muwafik Saleh. 7.9.2019
————————————————–
???☘???❤?☘
#pesantrenmahasiswa
#tanwiralafkar
#sentradakwah
#pesantrenleadership
#motivatornasional
#penulis_buku_hatinurani
Klik web kami :
www.insandinami.com
? AYO SHARE DAN VIRALKAN KEBAIKAN