Khutbah Jum’at: Mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan Sepenuh Hati
Oleh | Abina KHM. Ihya’ Ulumiddin
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتيَّ أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ
“Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian sebelum diriku lebih dia cintai daripada anak dan orang tuanya serta sekalian manusia”Muttafaq Alaihi.
Syarah Hadits
Mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah salah satu konsekwensi Iman sebagimana halnya mencintai Alloh Swt. “Katakanlah: “Jika orag-orang tua, anak-anak, saudara-saudara…lebih kamu cintai daripada Alloh dan RosulNya…maka bersiaplah sampai Alloh mendatangkan keputusanNya. Sungguh Aloh tidak menunjukkan orang-orang yang fasiq”QS at Taubah: 24. Ayat ini cukup menjadi bukti bahwa mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar, dengan bukti adanya ancaman “tunggulah sampai Alloh mendatangkan keputusanNya” serta stigma sebagai orang yang Fasiq.
Dalam mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, orang beriman juga dituntut untuk memberikan cintanya kepada Beliau Saw dengan sepenuh hati, melebihi cinta kepada anak, orang tua, saudara, dan harta benda. Dengan inilah orang beriman baru akan merasakan betapa manisnya keimanan, “Tiga hal, barang siapa berada di dalamnya maka dia akan menemukan manisnya iman; hendaknya Alloh dan RosulNya lebih dia cintai daripada selain keduanya, tidak mencintai orang lain kecuali karena Alloh, dan hendaknya dia merasa enggan kembali kepada kekafiran seperti layaknya dia enggan jika dilemparkan ke neraka”HR Bukhori. Bahkan lebih dari itu, cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam harus melebihi rasa cinta kepada diri sendiri. Suatu ketika Umar ra berkata: Wahai Rosululloh, sungguh engkau lebih saya cintai daripada semuanya, kecuali diri saya sendiri! Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian sebelum diriku lebih dia cintai daripada dirinya sendiri”HR Muttafaq Alaihi. Umar segera menyahut: “Demi Dzat Yang menurunkan kepadamu Alqur’an, sungguh engkau lebih saya sayangi daripada diri saya sendiri?! Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sekarang, wahai Umar”.
Tanda Cinta
Seseorang yang mencintai dan mengidolakan tokoh tertentu maka cinta itu membawanya untuk selalu atau cenderung meniru tokoh tersebut, jika tidak demikian bisa disimpulkan bahwa cintanya itu bohong belaka. Karena itulah apakah kita termasuk orang yang mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam atau tidak maka marilah kembali melihat apakah dalam diri ini ada ciri-ciri mencintai makhluk Alloh yang paling utama itu: 1) Mengikuti, menuruti perintah dan menjauhi larangan Beliau Saw, firman Alloh: “Katakanlah: “Jika kalian mencintai Alloh maka ikutilah diriku, (jika demikian) Alloh pasti mencintai kamu”QSAli Imron: 31. 2) Mendahulukan anjuran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan mengakhirkan kepentingan diri sendiri, “…dan mereka mengakhirkan diri mereka meski diri mereka sendiri sangat membutuhkan…”QS al Hasyr: 9. Ayat ini menceritakan sekaligus membanggakan karakter yang dimiliki para pecinta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam (para sahabat) di mana mereka lebih mendahulukan orang lain meski diri mereka sendiri membutuhkan. 3) Menghidupkan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Anas bin Malik menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda kepadanya: “Wahai anakku, itulah sunnahku, barang siapa yang menghidupkan sunnahku berarti telah mencintaiku dan barang siapa mencintaiku maka dia bersamaku di surga”HR Turmudzi. 4) Banyak menyebut Beliau Saw, sebab barang siapa yang mencintai sesuatu maka dia pasti banyak menyebutnya. Selain itu merasa rindu dan ingin bertemu dengan Beliau Saw. Dalam Dalail Nubuwwah Imam Baihaqi menuturkan bahwa ketika orang-orang Asy’ari datang ke Madinah, mereka tak lelah mendendangkan sebuah syair yang artinya: “Esok kita akan bertemu dengan para kekasih, Muhammad dan para sahabatnya”. 5) Mencintai orang yang dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, termasuk para isteri, keluarga dan sahabat Beliau Saw, “Barang siapa mencintai keduanya (Hasan Husen) berarti mencintaiku…” HR Ibnu Majah.
Jika seluruh kriteria di atas tertanam dalam diri berarti cinta itu sempurna, dan bila hanya sebagian saja maka cintanya tidak sepenuh hati. Kendati demikian dia tetap dikatakan sebagai pecinta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Saat seorang minum arak dan dijatuhi hukuman, banyak orang mencela dan menghinakannya, akan tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam segera membantah: “Jangan kalian melaknatnya, sebab dia mencintai Alloh dan RosulNya”.
Mereguk Pahala Cinta
Mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, di samping bisa dirasakan nikmatnya di dunia dengan datangnya rasa manis dan indah kala bisa dan mampu melaksanakan konsekwensi dari cinta itu sendiri, juga bisa dirasakan lezatnya nanti di akhirat. Seorang pernah datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan bertanya: Kapan kiamat datang, wahai Rosululloh? Beliau Saw balik bertanya: Apa yang kamu siapkan untuknya? Orang itu menjawab: Saya tidak menyiapkan untuknya banyak sholat, banyak puasa atau banyak sedekah, tetapi saya mencintai Alloh dan RosulNya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kamu bersama orang yang kamu cintai”Muttafaq Alaihi. Shofwan bin Qudamah bercerita: Aku berhijroh kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, aku lalu datang dan bertemu dengan Beliau. Aku berkata: Tolong berikan tangan anda, karena saya akan berbaiat! Setelah Beliau Saw memberikan tangannya yang mulia, aku berkata: Wahai Rosululloh, sesungguhnya saya mencintai anda! Beliau Saw bersabda: “Seseorang bersama orang yang dia cintai”HR Bukhori. Ali ra berkisah: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memegang tangan Hasan dan Husen, lalu Beliau Saw bersabda: “Barang siapa mencintai kedua anak ini, ayah dan ibu keduanya maka dia bersamaku dalam derajatku di surga”HR Turmudzi.
Dikisahkan bahwa ada seorang lelaki datang dan berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: Wahai Rosululloh, sungguh anda lebih saya cintai daripada keluarga dan harta benda saya sehingga ketika mengingat anda maka saya tidak sabar dan ingin segera datang untuk melihat engkau. Lelaki itu melanjutkan: Dan ketika saya mengingat bahwa kematian pasti datang, tetapi sesudah itu di surga engkau akan diangkat ke derajat para nabi, dan mulai itulah saya tidak lagi bisa melihat anda! keluhan lelaki inilah yang menjadikan sebab turunya firman Alloh: “Barang siapa yang taat kepada Alloh dan RosulNya maka mereka akan bersama orang-orang yang memperoleh nikmat Alloh dari para nabi, orang-orang yang sungguh-sungguh, dan orang-orang yang saleh. Betapa indah berteman dengan mereka”QS an Nisa’: 69.