Meminta Fatwa kepada Diri Sendiri Agar Memilih Secara Mandiri
Tausiah Syahriah Bulan Maret 2018
oleh : KHM. Ihya’ Ulumiddin
بسم الله الرحمن الرحيم
(اِسْتَفْتِ نَفْسَكَ وَلَكَ الْخِيَارُ)
الـْحَمْدُ للهِ وَكَفَي وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ الْمُصْطَفَي وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ التُّقَي وَالْوَفَا
يَأْتِيْ دَوْرُ الْمُجْتَمَعِ بِإِنْدُوْنِسِيَا لِاخْتِيَارِ وَانْتِخَابِ وُلَاةِ أُمُوْرِهِمْ فِى كُلِّ خَمْسَةِ أَعْوَامٍ في PILKADA وَPILGUB
وَPILPRES عَلَى سَيْطَرَةِ الْأَحْزَابِ السِّيَاسِيَّةِ لِتَرْشِيْحِ مَنْ يَتَقَدَّمُ لِلرِّئَاسَةِ وَالْإِمَارَةِ وَالْإِسْلَامُ قَدْ أَرْشَدَنَا كَيْفَ نَخْتَارُ مَنْ يَلِيْقُ لـَهَا بِدَايَةً مِنْ كَوْنِه ذَا تُقًي صَادِقًا أَمِيْنًا مُبَلِّغًا فَطِنًا مُجَاهِدًا فِى سَبِيْلِ التَّشْرِيْعِ الْإِسْلَامِي عَلَى الرَّعِيَّةِ مُنْطَلِقًا فِى تَحْرِيْرِ نِيَّتِه لِلْإِمَارَةِ مِنْ قَوْلِه صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “سَيِّدُ الْقَوْمِ خَادِمُهُمْ” رواه الخطيب رقم 4751 فى الجامع الصغير ايْ لِلْخِدْمَةِ لَا لِلتَّوَلِّيْ اي السَّيْطَرَةِ عَلَى وِلَايَةِ الـْحُكْمِ وَاْلإِمَارَةِ كَمَا فَسَّرَهُ أَبُو الْعَالِيَةِ وَالْكَلْبِي وَكَعْبُ الْأَحْبَارِ فِى قَوْلِه تَعَالَى: “فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ ” محمد:22[1]
لِمَا فِيْهِ أَمْرَانِ سَلْبِيَّانِ:
- الْإِفْسَادُ فِى الْأَرْضِ وَوَسَائِلُهُ
- تَقْطِيْعُ الْأَرْحَامِ الْمُتَوَاصِلَةِ بَيْنَ الْمُسْلِمِيْنَ بَلْ بَيْنَ عُلَمَائِهِمْ لِمَا وَرَاءَهُمْ أَتْبَاعٌ حَتَّي يَكُوْنُوْا شِيَعًا
وَالَّذِي لِأَجْلِهِ يُسْتَخْدَمُ كُلُّ وَسِيْلَةٍ لِلْقُوَّةِ وَالْمَنَعَةِ وَالْغَلَبَةِ بِالسِّيَاسَةِ الـْخَارِجَةِ عَنْ تَعَالِيْمِ اْلإِسْلَامِ فَنَرَي الْوَاقِعَ يُفَرِّقُ لَنَا بَيْنَ مَا كَانَتِ الْإِمَارَةُ لِلْخِدْمَةِ وَبَيْنَ مَا كَانَتْ لِلتَّوَلِّي كَمَا أَشَارَ إِلَيْهِ قَوْلُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ وُجُوْدِ الْبَوْنِ بَيْنَ (أُعِنْتَ عَلَيْهَا) وَبَيْنَ (كُلِّفْتَ عَلَيْهَا) .
وَهُنَاكَ اَيْضًا مَا يُلْفِتُ النَّظَرَ إِلَيْهِ مِنْ حَيْثُ الصُّحْبَةُ وَالْبِطَانَةُ لِعِظَمِ التَّأْثِيْرِ فِى هَذا الْأَمْرِ وَقَدْ قِيْلَ:
عَنِ الْمَرْءِ لَا تَسْأَلْ وَسَلْ عَنْ قَرِيْنِه # وَكُلُّ قَرِيْنٍ بِالْمُقَارَنِ يَقْتَدِي
إِذَنْ شَتَّانَ مَا بَيْنَ نَرَي الْوَاقِعَ وَبَيْنَ وِجْهَةِ نَظَرِنَا اْلإِسْلاَمِي فِى هذِهِ الْمَسْأَلَةِ لَوْلَا أَنَّ السِّيَاسَةَ الشَّرْعِيَّةَ لَا تَزَالُ تُعْطِيْ دَوْرَهَا لِلْخُرُوْجِ مِنْ هذِهِ الْمُشْكِلَةِ إِلَى سَبِيْلِ مَخْرَجِهَا لِقَاعِدَةٍ مُطَّرِدَةٍ مُفَادُهَا:
جَلْبُ الْمَصَالِحِ وَدَرْءُ الْمَفَاسِدِ وَارْتِكَابُ أَخَفِّ الضَّرَرَيْنِ أَوْ مَا لَا يُدْرَكُ كُلُّهُ لَا يُتْرَكُ جُلُّهُ
وَهُنَا يُذَكِّرُنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِخِطَابِهِ لِصَحَابِيٍّ جَلِيْلٍ صَالِحٍ وَابِصَة وَالْخِطَابُ لِلْجَمِيْعِ حَيْثُ يَقُوْلُ: “اِسْتَفْتِ نَفْسَكَ وَإِنْ أَفْتَاكَ الْمُفْتُوْنَ” رواه البخاري فى التاريخ عن وابصة رقم 991 فى الجامع الصغير .
اي اسْتَفْتِ نَفْسَكَ الْمُطْمَئِنَّةَ الْمَوْهُوْبَةَ نُوْرًا يُفَرِّقُ بَيْنَ الْحَقِّ وَالْبَاطِلِ وَالصِّدْقِ وَالْكَذِبِ .(فيض القدير 1/633)
=وَاللهُ يَتَوَلَّي الْجَمِيْعَ بِرِعَايَتِه=
Meminta Fatwa kepada Diri Sendiri Agar Memilih Secara Mandiri
Segala puji bagi Allah. Dia-lah Dzat yang mencukupi. Shalawat salam atas Rasulullah, manusia yang terpilih. Juga atas keluarga dan sahabat beliau, para pemilik ketaqwaan dan kesetiaan.
Tibalah musim bagi masyarakat Indonesia untuk kembali memilih para pemimpin dalam setiap lima tahun di bawah kendali partai-partai politik sebagai seleksi bagi orang-orang yang akan maju sebagai pemegang kekuasaan dan pemerintahan.
Islam telah memberikan petunjuk kepada kita bagaimana cara memilih orang yang layak menjadi pemimpin, dimulai dari figurnya yang bertaqwa, jujur, memiliki kredibilitas (amanah), komunikatif dan aspiratif, cerdas serta mau berjuang secara total menerapkan syariat islam di masyarakat dengan dilandasi niat yang tulus menggunakan kekuasaan (untuk mengabdi), berangkat dari prinsip sabda Rasulullah Saw:
“Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka” (HR al Khathib no:4751 dalam al Jami’ as shaghir)
Maksudnya kekuasaan itu untuk berkhdimah atau memberikan pelayanan, dan bukan untuk tawalli (merebut kekuasaan) sebagaimana ditafsirkan oleh Abul Aliyah, al Kalbi dan Ka’bul Ahbar dalam firman Allah azza wajalla; “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?” (QS Muhammad:22)
Karena dalam tawalli (merebut kekuasaan) terdapat dua hal yang negatif:
- Berbuat kerusakan di bumi dengan segala sarananya
- Mencabik-cabik hubungan shilaturrahim yang terjalin di antara kaum muslimin, bahkan antara ulama mereka karena di belakang para ulama itu ada para pengikut sehingga kaum muslimin pun menjadi kelompok-kelompok kecil (yang saling bermusuhan)
Demi merebut kekuasaan inilah digunakan segala sarana untuk meraih kekuatan, keunggulan dan kemenangan dengan (strategi) politik yang keluar dari ajaran-ajaran Islam. Kenyataan memberitahukan kepada kita perbedaan antara kekuasaan yang bertujuan untuk ber khidmah dan antara kekuasaan yang hanya untuk tawalli (merebut kekuasaan) sebagaimana disinyalir oleh Rasulullah Saw tentang adanya perbedaan antara kalimat “Kamu diberi pertolongan” dan kalimat “Kamu pasti terbebani”
Di sana juga ada sesuatu yang harus diperhatikan secara serius yaitu sisi pertemanan (suhbah) dan kedekatan (bithonah) karena pengaruhnya sangat besar dalam urusan ini. Sungguh dikatakan:
عَنِ الْمَرْءِ لَا تَسْأَلْ وَسَلْ عَنْ قَرِيْنِه # وَكُلُّ قَرِيْنٍ بِالْمُقَارَنِ يَقْتَدِي
Jangan bertanya tentang jati diri seseorang, bertanyalah tentang siapa temannya
Karena setiap teman mengikut pada temanya
Jika demikian maka sungguh sangatlah jauh antara kenyataan dan cara pandang islami kita dalam masalah ini andaikan saja politik islam tidak senantiasa memberikan peran nya untuk bisa keluar dari masalah ini menuju solusinya berdasarkan kaidah yang berlaku berupa: “Menarik kebaikan dan menolak kerusakan” atau “Melakukan sesuatu yang paling minimal resikonya” atau “Sesuatu yang tidak bisa diraih seluruhnya maka tidak ditinggalkan semuanya”
Di sinilah Rasulullah Saw mengingatkan kita dengan sabda beliau kepada seorang sahabat agung yang shaleh bernama Wabishah ra, sementara sabda ini adalah untuk semua umat, beliau bersabda:
“Mintalah fatwa kepada dirimu meski para ahli fatwa telah memberikan fatwa mereka kepadamu” (HR Bukhari dalam at taarikh dari Wabishah ra no 991 dalam al Jami’ as Shaghir)
Maksudnya mintalah fatwa kepada nafsu muthmainnah milikmu yang telah mendapatkan anugerah cahaya guna membedakan antara yang hak dan batil serta antara yang jujur dan bohong (Faidhul Qadir 1/633)
=وَاللهُ يَتَوَلَّي الْجَمِيْعَ بِرِعَايَتِه=
Unduh naskah tausiah di sini.