Melebihi Batas Kesabaran, Baca Juga : Ringkasan Ta’lim | Menjadi Manusia Produktif
Alloh Subhanahu wata’ala berfiman, yang artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah, dan kuatkanlah kesabaranmu, tetaplah bersiap-siaga, dan bertakwalah pada Alloh, supaya kamu beruntung” (QS. Ali Imron: 200). Melebihi Batas Kesabaran
Salah satu jalan kesuksesan seorang Muslim dalam menjalani kehidupan adalah dengan kesabaran. Sabar dalam menghadapi segala macam hal dalam hidup. Sabar dalam menghadapi ujian, sabar dalam menjalankan ketaatan, sabar dalam menjauhi kemaksiatan, sabar dalam menerima apa yang telah diberikan, entah berupa nikmat maupun musibah.
Sedang kita telah ketahui bahwa manusia diciptakan di dunia ini, tidak ada yang sama. Tidak sama dalam penciptaan, tidak sama dalam pemikiran, kebiasaan, rezeki yang diterima, ujian yang dihadapi dan lain sebagainya.
Karena itulah, dibutuhkan untuk memperkuat kesabaran dalam berhadapan dgn manusia. Berinteraksi dgn mereka, dgn beragam jenis yang ada. Yang baik, jahat, tidak peduli dan lainnya.
Mencoba mengalah, memaafkan hingga menuju sebuah taraf Khuluq ‘Adhim (Akhlak Mulia), yang hanya dimiliki Rosululloh. Sebuah bentuk sifat luar biasa yang diajarkan oleh Alloh melalui NabiNya untuk menghadapi beragam jenis manusia.
Islam sendiri telah menuntun kita untuk selalu berusaha adil dalam melakukan segala tindakan. Tidak membalas sebuah perbuatan jelek, kecuali dengan hal yang setara. Tidak boleh lebih sedikitpun. Satu pukulan, dibalas sebuah pukulan pula. Satu hinaan, dibalas dgn sebuah hinaan pula. Itulah level terendah yang boleh dilakukan setiap Muslim. Setingkat di atasnya, memaafkan. Memberi kesempatan dgn pemberian maaf untuk seseorang memperbaiki diri dalam segala kesalahannya. Melebihi Batas Kesabaran
Tidaklah Rosululloh memberikan sebuah contoh, melainkan untuk kita tiru dan coba ikuti. Jikalau Rosululloh saja, telah mempraktekkan sebuah amnesti besar2an saat Fathu Makkah pada kaum kafir yang menyakiti bahkan hendak membunuh beliau, lalu mengapa kita sebagai umat beliau yang tengah berusaha mendapatkan derajat Ihsan tidak berusaha untuk meniru dan mengikuti jejak beliau.
Baca Juga : Meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat
Tingkatan Ihsan, yang disebutkan para ulama sebagai tingkatan tertinggi, dan hanya dimiliki oleh orang-orang yang telah dekat pada Alloh, melihat segala hal hanya Alloh saja, melakukan segala sesuatu demi Alloh saja.
Tentunya akan membuat org yang sampai pada tingkat ini, tidak lagi melihat diri, tidak lagi memikirkan emosi yang muncul dalam diri, merasa kasihan pada yang menyakiti, bukannya membenci. Karena bagi mereka, apa yang dilakukan orang-orang yang benci pada mereka, semata-mata karena ketidak-tahuan mereka. Semata-mata karena kekhilafan mereka. Semata-mata karena godaan syetan yang dahsyat hingga membuat mereka lupa. Bukan semata-mata karena kesengajaan dan datang dari kesadaran mereka.
Inilah yang kemudian Rosululloh sebut dengan Khuluq Hasan (Akhlak yang baik). Bersabar dalam menghadapi setiap manusia yang memiliki akhlak dan tabiat yang berbeda2 dan menyikapinya dengan baik, indah dan luar biasa.
Mudah-mudahan kita bisa meniru, mengikuti dan mencoba untuk menjalankan akhlak tersebut, akhlak yang bisa menghantarkan kita meraih manisnya cinta Alloh dan RosulNya. Akhlak yang bisa menjelaskan pada semua manusia keindahan dan kemuliaan Islam. Akhlak yang bisa mengarahkan kita untuk meraih ridlo Alloh dan RosulNya, amiin..[] Melebihi Batas Kesabaran