Empat Kunci Meraih Keberuntungan Dunia dan Akhirat
oleh Abina KHM. Ihya’ Ulumiddin

Jamaah Jum’at Hafidhokumulloh,
Pada awal khutbah ini kami menyebutkan firman Allah Swt. Surat Ali Imran: 200 yang berbunyi, yang artinya

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.”

Ayat ini memberikan isyarat kepada kita semua tentang 4 hal kunci keberuntungan di dunia dan akhirat.

Pertama, Sabar. Sabar merupakan sifat yang utama dan mulia. Sabar tidak hanya dalam keadaan tertimpa musibah tetapi kita juga harus sabar dalam keadaan senang. Sering kali kita lupa sabar dalam keadaan lapang. Ketika kita tertimpa musibah, entah itu ada yang meninggal di antara orang-orang yang kita cintai, hampir pasti orang-orang akan menyalami kita dan berucap, “Semoga Allah memberikan kesabaran kepadamu”. Ucapan ini hampir tidak kita jumpai ketika ketika dalam keadaan lapang. Kelapangan kita sering kita pergunakan pada hal-hal yang tidak berguna. Kita tidak sabar dalam menjalani kelapangan yang ada pada kita.

Kita juga dituntut sabar dalam menjalankan segala perintah Allah. Shalat yang kita kerjakan masih diliputi rasa ketidak sabaran. Allah hanya menuntut waktu kita 10 menit namun kita memberikan imbalan yang tidak pantas. Dalam shalat, kita tidak pernah ingat Allah kecuali pada saat takbir awal, selebihnya kita ingat pekerjaan kita, bisnis yang sedang berjalan, atau masalah yang sedang kita hadapi. Shalat yang kita laksanakan seluruhnya merupakan bacaan doa jika kita dengan tartil dan meresapi artinya. Masih banyak contoh sabar yang lain. Kita juga harus sabar dalam menjauhi segala larangan-larangan Allah Swt. Kita tahu kalau alkohol adalah haram. Namun ketika kita berkumpul dengan teman sekerja dalam merayakan suatu keberhasilan proyek dengan minum sampanye. Kita tidak sabar dalam menjauhi segala yang dilarang oleh Allah Swt.

Kedua, Mushabarah. Mirip dengan sabar, namun lebih banyak berasal dari luar kita. Dalam hidup bertetangga tentu kita selalu berinteraksi dengan tetangga. Entah itu diundang tahlilan, atau bentuk undangan lainnya. Atau juga sekali waktu kita mengundang tetangga pada acara hajatan yang kita adakan. Terkadang terselip celetukkan yang membuat merah telinga ketika mendengarnya. Tabah dan tidak emosi dalam menanggapi hal tersebut. Atau juga kita terkena fitnah. Kita harus dapat memberikan jawaban yang tepat tentang inti permasalahan yang sebenarnya dan kita tidak perlu membalas perlakukan buruk tersebut. Memaafkan lebih utama. Contoh tentang ini banyak kita jumpai pada kehidupan Nabi Saw. Dan sahabat. Kita cukup membacanya di buku-buku yang telah banyak ditulis dan beredar di sekitar kita.

Ketiga, Murabathah. Aslinya makna ini adalah mengikat kuda untuk berjaga di benteng pertahanan. Makna lainnya adalah menyiapkan semua potensi kekuatan yang dimiliki untuk menghadapi musuh Islam, baik sarana itu berupa material (Madiyyah) atau non material (Ruhiyyah).

Murabathah juga memiliki arti yang lain seperti yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam al-Muwaththa’ dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw. Bersabda, “Apakah aku akan menunjukkan kalian sesuatu yang karenanya Allah menghapus dosa-dosa dan meninggikan derajat-derajat?” “Ya, Rasulullah”, jawab para sahabat. Beliau lalu bersabda, “Menyempurnakan wudhu, banyak langkah ke masjid, menanti shalat demi shalat. Itulah ribath, itulah ribath, ituah ribath”.

Dari hadits di atas kita dapatkan tiga isyarat. Pertama, “menyempurnakan wudhu…” merupakan isyarat adanya perperangan terhadap hawa nafsu. Kedua, “banyak langkah…” sebagai isyarat adanya pengawasan ketat (muraqabah) terhadap hati dan anggota tubuh. Ketiga, “menanti shalat…” menjadi isyarat adanya penjagaan waktu serta mencari dan memanfaatkan kesempatan.

Keempat, Taqwa. Kata ini sudah seringkali kita. Makna yang dikandungnya sangat dalam. Takwa ini sudah kami sebutkan dalam muqaddimah khutbah ini dan setiap khotib jum’at pasti menyebutkan juga makna takwa ini. Pemahaman yang mudah dari takwa adalah melaksanakan yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala yang dilarang Allah. Dengan bekal takwa ini kita berharap mendapatkan ridhaNya.

Demikian khutbah jum’at yang singkat ini. Kita berharap, semoga Allah memudahkan kita melaksanakan 4 hal yang dimaksud dalam surat Ali Imran: 200 tersebut.

[]